Minggu, 05 April 2015

feature

Pejuang Tak Kenal Usia

Suryo 



Mentari perlahan mulai beranjak dari kedudukannya semula, menghangatkan dan menyilaukan pandangan. Teriknya membuat manusia lebih senang menghabiskan waktunya di ruangan tertutup. Namun hal ini tidak kita dapatin di jiwa Suryo, lelaki paruh baya ini mempunyai semangat hidup yang besar. Usianya tidak menghalangi ia untuk melakukan apa pun pekerjaan agar dapat melanjutkan hidup.

Sengatan mentari yang terus membakari kulit keriputnya tak membuat Suryo pantang menyerah untuk menjualkan dagangan ubi talasnya. Suryo satu dari lelaki paruh baya yang masih ingin melanjutkan hidup di kota Tanjungpinang ini. Mendagangkan ubi talas dengan merangkul karung goni di punggungnya yang sudah mulai bungkuk.

Suryo menjual ubi talas di Perumahan Bumi Indah dengan penghasilan per bulan kurang lebih 500 ribu rupiah. “ ini untuk biaya istri saya yang sakit dan keperluan makan,” ucapnya dengan tersenyum. Pekerjaan ini dia jalani sejak istri jatuh sakit dan ia dipecat dari pekerjaannya. Ia harus menjaga isrinya yang tidak dapat lagi berjalan karena penyakit yang istrinya derita sejak 4 bulan terakhir ini.

            Beruntung Suryo mendagangkan ubi yang diambil dari kebunnya sendiri. Dalam sehari-hariya jika tidak ada yang bisa dimakan, ubi lah menjadi pengganjal perut Suryo dan istri. Ketika disinggung masalah anak Suryo hanya tersenyum pahit “Saya tidak ingin menganggu anak-anak saya, mereka sudah berkeluarga semua,” ujarnya. Kesedihan yang mendalam terlihat dari ucapan Suryo dengan ketiga orang anaknya yang tidak perhatiaan kepada orang tuanya.

            Yang terpenting baginya sekarang ia dapat merawat istrinya dan melanjutkan hidup dengan semangat. Kesedihan, kecewa yang ia rasakan ia tepiskan agar apa yang dia harapkan dapat terwujud dengan baik.


“Hidup ini harus dijalanin, dan jangan lupa bersyukur agar terasa ringan semua masalah ini,” ujarnya lagi. Selama ia berkeliling menjualkan ubi talas, ia mempunyai tetangga yang baik, selalu menolong ketika Suryo dan istri mengalami kesusahan. Kata syukur selalu teterlontar di mulutnya. Tanpa pernah menyalahkan Tuhan atas kesempitan hidup yang ia alami dari semenjak kecil hingga saat ini. Namun hanya syukurlah menjadi kunci untuk menopang hidupnya menjadi lebih tegar dan siap menjalani hidup ini walau seperti berada dalam kungkungan duri-duri tipis yang mengikis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar