Selasa, 09 Juni 2015

feature sejarah



Dulu Sekolah Sekarang Museum


Tanjungpinang sejak tahun 2010 telah memiliki sebuah museum yang di beri nama Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah adalah seorang yang dikenal sebagai Sultan Kerajaan Melayu Riau yang pertama. Naik tahta pada tahun 1722 dengan wilayah kekuasaan mencakup Johor, Riau, Pahang dan Lingga. Atas dasar inilah nama Sultan yang satu ini diabadikan sebagai nama Museum Kota Tanjungpinang.

          Gedung museum ini merupakan peninggalan pada zaman pemerintahan Belanda yang dulunya merupakan sekolah tingkat dasar melayu yang menggunakan bahasa Belanda yang di beri nama Holland Irlandsch School pada tahun 1918. Setelah zaman kependudukan Jepang sekolah ini berganti nama menjadi Futauko Gakko I yang dalam Bahasa Indonesianya di sebut Sekolah Dasar I selama 2,5 tahun. Setelah kemerdekaan gedung ini tetap difungsikan sebagai sekolah yang bernama Sekolah Rakyat (SR) dan akhirnya dijadikan SD.01 hingga tahun 2004.

            Karena di anggap mempunyai nilai histori yang tinggi bagi sejarah awal pendidikan di Kota Tanjungpinang. Pemerintah Kota Tanjungpinang merekomendasikan gedung tersebut untuk menjadi museum Kota Tanjungpinang yang di beri nama Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah.

            Di dalam museum ini terdapat berbagai peninggalan-peninggalan bersejarah beserta adat dan budaya melayu dari Kota Tanjungpinang. Dengan memanfaatkan bekas ruang-ruang belajar dari zaman penajajahan Belanda dahulu, museum ini di desain dengan sangat menarik. Di setiap ruangan terdapat beragam peninggalan sesuai dengan judul yang tertera d atas pintu ruangan, seperti contoh Ruang Alam Perkawinan Melayu, di ruangan ini akan kita jumpai adat perkawinan melayu baik pelaminan dan pakaian yang dikenakan patung-patung sebagai model yang menunjukkan kekhasan adat melayu. 

            Selain Ruang Alam Perkawinan Melayu juga terdapat Ruang Ragam Keramik, yang didalamnya terdapat berbagai jenis keramik kuno dengan beragam bentuk yang menarik yang pernah di temui di Tanjungpinang. Ruang Keragaman Budaya juga tak kalah menarik menampilkan berbagai macam peninggalan Budaya seperti alat music tambur, alat-alat permainan rakyat seperti Jong (sampan kecil), lompat bambu dan masih banyak yang lainnya.

            Untuk melihat suasana Tanjungpinang tempo dulu, kita bisa memasuki Ruang Khazanah Arsip dan Ruang Tanjungpinang Kota Bermula, ketika memasuki ruangan ini kita seperti berada pada zaman 60 tahun yang lalu, karena di sambut dengan foto-foto Tanjungpinang tempo dulu yang sangat unik dan menarik. Kedua ruangan ini menampilkan bebagai macam arsip dari peninggalan zaman dahulu, mulai dari uang lokal, keris-keris, senjata dan perlengkapan perang serta  tulisan-tulisan yang menjadi bukti bahwa sejarah memang benar-benar terjadi. Juga terdapat sehelai kertas kecil yang bertuliskan Sempena yang merupakan sebuah nama dari koran pertama terbitan Kota Tanjungpinang dan dianggap sebagai perintis dunia Pers di Tanjungpinang pasca kemerdekaan.

            Banyak lagi ruangan lain yang bisa kita masuki untuk menambah pengetahuan kita mengenai adat, budaya dan peninggalan-peninggalan zaman dahulu yang diharapkan mampu membangkitkan kecintaan kita terhadap budaya sendiri. Di museum ini juga kita bisa menikmati hotspot 24 jam.

            Museum Sultan Sulaiman ini di buka setiap hari selasa hingga minggu sejak pukul 8.30 hingga pukul 15.00 WIB. Menurut Andrian salah seorang petugas pelayanan, Musem Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah ini setiap harinya dikunjungi sekitar 30 orang, kecuali sabtu dan minggu, pada hari ini jumlah pengunjung mencapai 2 kali lipat dari hari biasa.” Museum ini biasa dikunjungi sekitar 20-30 orang per harinya, tapi kalau hari sabtu dan minggu pengunjung meningkat 2 kali lipat dari hari biasa,” ucapnya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar