Senin, 08 Juni 2015

opini ku



Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan
Oleh : Mira Novita
Mahasiswa FKIP UMRAH
Tanjungpinang

Berbicara tentang peranan, tentu kita akan mengarah kepada rangkaian aktivitas-aktivitas atau kinerja kita baik sebagai pendidik maupun orang tua keluarga. Dalam menjalani aktivitas yang memberikan bimbingan atau masukan kepada orang yang dianggap membutuhkan. Berkaitan dengan hal tersebut, banyak cara yang mesti dan patut kita lakukan dalam meberikan peran aktif serta dukungan kita tehadap dunia pendidikan baik secara formal maupun informal. Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk.

Hal itu mengisyarakatkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli meyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. 

Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja. Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di sekolah akan selalu mengajak kita untuk ikut serta mejalankan fungsi, peran, dan bentuk wujud nyata kita sebagai tenaga pendidik yang ada di sekolah-sekolah. Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kemantangan emosional sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangan kemampuan inteleknya. 

Seperti yang dinyataakan oleh seorang pakar yang bernama Mortensen & Schemeuller, 1969 bahwa Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh. 

Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesuliatan dalam belajar. Sebagai pertanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya sepert dikemukakan Abu Ahmadi (1997) sebagai berikut : 
1.     Hasil belajarnya rendah, di bawah rata-rata kelas.
2.     Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukanya.
3. Menunjukkan sikap yang kurang wajar suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.
4.   Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka menggangu, dan sebagainya.

Siswa mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu begaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Apabila masalahnya itu belum teratasi, mereka mungkin tidak belajar denganbaik, karena kosentrasinya akan terganggu. Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam bimbingan konseling, bimbingan sosial, simbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi. Berdasakan hal tersebut juga akan bekenaan dengan peran bimbingan dan konseling di sekolah yang ada di daerah kita di kepulauan riau pada umumnya dan di kota tanjungpinang pada khususnya.

        Banyak permasalahan-permasalahna yang timbul dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah-sekolah kita seperti sekarang ini, misalnya saja kita lihat dan kita sajikan anak didik kita di sekolah sering melakukan tindakan –tindakan yang jauh dari ketidkdesplinan yang melanggar tata tertib sekolah, cabut ketika jam pelajarn berlangsung dan lain sebagainya.Oleh karena itu lah, kita sebagai tonggak utama dan terlibat di dalm dunia pendidikan haruslah lebih aktif dengan lebih terbuka kepad siswa-siswi yang ad di sekolah sesuai dengan prinsip, kode etik, serta norma-norma yang berlaku di dalma melakukan pendekatan terhadap peserta didik yag ada di sekolah.






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar