Senin, 23 Maret 2015

feature

Wanita Tangguh dari Medan 

Matahari belum menampakan dirinya ayam pun belum bersahut-sahutan berkokok untuk menyambut datangnya pagi. Keadaan seperti ini membuat manusia masih banyak berada dalam balutan selimut dan piama mereka masing-masing. Lain halnya dengan ibu Oma yang sudah berada di dalam pasar untuk melakukan tawar menawar dengan penjual disana.

Demi melanjutkan kehidupan yang lebih baik ibu Oma merantau dari medan menuju tanah melayu ini pada tahun 1996. Memiliki suami TNI tidak menjanjikan kebahagian untuk ibu Oma. Selain gaji TNI yang masih tergolong kecil dan terlebih Beliau ditinggal tugas oleh suaminya ke pulau Bintan. Tinggallah ibu Oma yang menjadi tulang rusuk keluarga.

Bekal petani yang ia dapati dulu membuat beliau harus berkerja keras bersaing di Tanjungpinang ini. Membawa 4 orang anak yang masih haus akan dunia pendidikan membuat beliau semangat untuk merubah kehidupannya. Kediaman yang mereka tinggali adalah sebuah gubuk kecil yang terletak di Jalan Pancur. Walaupun tak sesuai dengan harapan mereka mau tak mau mereka harus menjalani cobaan ini.

Dari gubuk itulah ibu Oma memulai meintis usaha dengan membuka warung kecil-kecilan. Tawar-menawar ia lakukan setiap pagi di pasar untuk mengisi warung kecil beliau. Setelah menabung dari hasil dagangan beliau. Akhirnya, beliau dapat mengkredit sebuah rumah kecil yang berada di jalan haji hungar.

Melihat perkembangan warung yang ia kelolah sendiri akhirya ibu Oma memberanikan diri meminjam uang untuk memperluas usahanya tersebut ke salah satu retenir. Bukanya untung yang beliau dapatkan malah kerugian yang semakin membesar karna bunga dari pinjaman retenir yang sangat banyak. Hingga akhirnya beliau harus melepaskan rumah yang ia cicil dari hasil jerih payahnya sendiri.

Mimpi untuk sukses dan merubah nasib tak pernah hilang dalam hati beliau. Beliau Mendapatkan tawaran untuk berjualan di kantin SMK 1 tempat ia menyekolahkan anak pertamanya. Dua bulan menjadi penjual di kantin SMK beliau mendapatkan tawaran memasarkan produk makanan ringan yang bernama Welco dari temannya. Seakan tak ingin menyiakan kesematan emas ini. Ibu Oma berusaha dengan mengerahkan tenaga dan pikiran ibu Oma dapat memasarkan produk Welco ini sampai ke Senggarang dan Kampung Bugis.

Roda sudah mulai berputar, dari pemasaran produk Welco yang semakin meluas membuat ekonomi ibu Oma semakin maju. Banyak sekali lika liku yang ia hadapi ketika memasarkan produk tersebut. Disaat produk tersebut sudah meluas ia mempunyai karyawan yang mengkhianatinya sampai akhirnya ia jatuh kembali ke roda yang paling bawah.

Gulung tikar yang selalu ia alami tak membuat pendiriannya runtuh. Ia memulai usaha dari bawah dengan berjualan jus. Dan sampai akhirnya ia dapat memiliki beberapa stand kaset dan pulsa di berbagai swalayan. Kehidupan yang lebih baik sudah ia rasakan saat ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar